Sta Site
  • Home
  • Greeners
  • Science
  • Blog
  • Forum
  • Support

Cerpen: Melati Misteri

12/16/2012

0 Comments

 
Oleh: Asa Desyana XB SMAN 1 Mejayan 2012/2013

Matahari tampak malu untuk menampakkan wajahnya, “Wuuuuussshhhh..”tiupan angin dan sepinya dunia sekitar menembus dinding kamarku dan berbisik padaku untuk tetap terlelap. “Krrriiiiiiiiiinngggg”suara telfon membuatku tersentak dari tidur pulasku, “Hallo...”dengan malas aku mengangkat telfon itu, “Hei! Aku menelfonmu dari tadi kenapa baru kau angkat!!!!?? Bagaimana kabarmu?? Kau tahu aku merindukanmu Ri?? Kapan kau pulang?? Besok sudah masuk, kan?? Kau tidak bosan di situ?? Kenapa tidak bilang kau liburan ke situ aku kan juga mau!? Oh ya, bagaimana dengan tugas bu Ira yang buuuannyak itu?? Kau sudah menyelesaikannya, bukan??  Kau ingat kan konsekuensinya bila belum mengerjakannya?? Dan aku ......”sebelum Rara sahabatku dari lahir itu berbicara lebih jauh lagi aku sudah menutup telfon itu, “Masih saja sama!?..., dari lahir, anak-anak, sampai SMA begini kebiasaannya tak pernah berubah! Setiap bertanya, setumpuk deh pertanyaannya.”gumanku. Hari ini hari terakhirku di villa puncak ini, rasanya masih ingin di sini tapi sepertinya waktu memang tidak bisa berkompromi, sekolah dan teman-teman pasti sudah menunggu. “Kak..., ayolah cepat sedikit mumpung masih pagi keburu siang dan panas nih..!!?”teriakku di samping mobil, tiba-tiba sebuah tangan mendarat di pundakku seketika “Aaaaaa....!!!”aku menjerit sejadi-jadinya, ”Hei kenapa?? Apa kau takut dengan melati itu?”ucap kakakku sambil menunjuk seikat melati di belakangku, aku menoleh ke belakang ku ambil melati itu dengan heran, “Siapa yang membawanya ke sini? Apa orang yang mengagetkanku tadi? Siapa dia?”tanyaku, “Mana ku tahu!? Dari tadi tidak ada siapapun di sini, hanya ada kau dan melati itu. Mungkin kau memang berjodoh dengan melati itu...”sahut kakak. Aku bingung jelas-jelas tadi ada yang menepukku, aku memastikan melihat sekeliling aku hanya menemukan sesosok bayangan di bawah sebuah pohon, saat aku akan mendekatinya untuk memastikannya kakak menarikku, “Kau bilang ingin cepat pulang, mau kemana lagi kau? Apa kau kutinggal di sini saja?”tanya kakak, “Ya..,ya..., baiklah  ayo berangkat.”ucapku sambil melepaskan tangan kakak dari belakang kerah bajuku.

Udara segar mengalir ke dalam mobil saat kubuka jendelanya agar aku bisa memeriksa depan rumah kalau-kalau ada Rara, ternyata benar dari kejauhan terlihat gadis berbaju pink dengan rok kuning yang meloncat-loncat kegirangan melihat mobil ini, dengan sigap ku masukkan melati tadi ke dalam box hitamku bahaya bila ia melihatnya ia pasti akan tanya kesana-kemari dan ujung-ujungnya ia akan merampasnya. “Haaii? Bagaimana liburanmu? Apa kau lelah? Kalau lelah ku bawakan saja box hitammu itu.”sambutnya saat aku keluar dari mobil, aku tak menjawabnya aku lasung berlari ke dalam dan menuju kamarku di atas ia mengikutiku lari ke kamarku, untungnya aku sampai duluan dan langsung ku tutup kamarku dengan kencang aku tak memikirkan itu mengenainya atau tidak yang penting aku selamat dari kejaranya. Aku menarik nafas panjang “Hhaah......”, “Untung saja dia tidak mendapatkan box ini, aku tahu modusnya ia berpura-pura membantuku membawakan box ini padahal sebenarnya ia ingin tahu apa isinya bila ia suka ia akan menanyakan setumpuk hal dan takkan berhenti sampai aku memberikannya.”gumanku dalam hati, “Apa kau baik-baik saja? Kenapa kau lari?”teriak Rara dari luar, “Aku lelah dan ingin istirahat.”sahutku singkat. Aku ingin segera menanam melati ini tapi Rara masih ada di luar, “Ra...., kau masih di sini? Ibumu mencarimu katanya dia akan pergi berbelaja...”terdengar suara bunda, “Ya baiklah, aku pulang dulu tante....”jawab Rara, “Yes, akhirnya aku bisa keluar”kataku senang. Aku cepat-cepat menanam melati itu di belakang rumah, kurasa itu tempat paling aman karena Rara tak berani pergi ke sana sebab ia pernah tersesat di sana gara-gara ku tinggalkan.

Angin hanya bertiup pelan tapi dinginnya benar-benar menusuk tulang, wangi melati memenuhi ruang kamarku ini seakan melati yang baru kutanam kemarin sudah merajai taman hingga wangi mawar yang sudah lama ditanampun tak mampu menandinginya. “Hhemmm...”aku menghirup udara dalam-dalam sambil berjalan ke balkon untuk melihatnya, “Hhah???”aku terkejut bukan main melihat melati yang kutanam kemarin tumbuh di sepanjang jalan taman. Aneh, tapi biarlah aku suka melati itu.

Pagi cerah ini mengawali hariku ke sekolah setelah sekian lama aku berlibur di vila. Bagaikan tiang di tengah tanah lapang nan gersang aku berdiri di tengah sekolah yang masih sepi, “Wwuuusshh”tiba-tiba sebuah bayangan melintas tepat di depanku dan lantunan suara mengalir ke telingaku membisikanku untuk mengembalikan melati yang kutanam, aku menghiraukannya aku berjalan tepat tujuh langkah sampai sebuah tangan meraih tanganku dari balik badanku aku takut dan hanya bisa memejamkan mataku saja hingga lantunan suara itu kembali mengalir ke telingaku dan membisikkan hal yang berbeda katanya “Jika kau tetap menanamnya, kau akan menyesal.”, “Memang kenapa?”tanyaku dengan sedikit ragu sambil membalikan badan dan ternyata itu Ciko, “Apa??”tanyanya dengan heran sambil melepaskan tangannya dariku, “Kau yang mengatakan hal tadi??”sahutku dengan sedikit kesal, “Hal yang mana? Aku baru saja ingin menyapamu.”jawabnya dengan lembut, aku terdiam “Dia menjawab tanpa sedikitpun ragu, mana mungkin dia berbohong? Apalagi berbohong padaku.”pikirku.

Lonceng pun berbunyi menandakan pelajaran akan segera dimulai, aku duduk di bangku pertama dari belakang di pojok kanan bersama Rara. Pelajaran berjalan seperti biasa, aku mencatat hal-hal penting yang diajarkan guru sampai aku terbelalak ketika melihat seikat melati persis dengan di vila itu ada di meja Rara, “Dari mana kau mendapatkan melati itu??”bisikku pada Rara sambil menunjuk melati di mejanya, “Melati yang mana?”tanyanya heran, “Melati itt....”belum kuselesaikan kalimatku aku melihat melati tadi sudah tak ada. Aku termenung memikirkan hal yang baru saja terjadi sambil mengamati jam di atas papan tulis, tepat tujuh menit setelah kejadian tadi Rara mengeluh padaku, “Ri, kepalaku pusing....”bisiknya, “Mungkin kau terlalu serius memperhatikan pelajaran tadi.”jawabku asal. “Teeeeett” loncengpun berdering menandakan istirahat tiba, “Kau ingin pusingmu itu hilang,kan?? Ayo ke kantin.”ajakku pada Rara, “Ayo...”jawab Rara. Tujuh langkah kemudian aku terkejut bukan main melihat Rara jatuh tepat di depanku dengan posisi telentang dan hidung mengeluarkan darah, “Ra..., ra..., kamu kenapa??”tanyaku sambil menggoyang-goyangkan tangannya, anak-anak lain pun mencoba untuk menyadarkan Rara. Aku setengah berlari menuju ruang guru untuk mengatakan pada Bu Ira wali kelasku jika Rara harus dilarikan ke ramah sakit, saat kembali ke kelas untuk mengantar Rara ke rumah sakit di depan kelas aku melihat bayangan itu lagi tepat di bawah pohon beringin tertua di sekolahku aku ingin menemuinya tapi sekarang ini Rara lebih penting, dan aku pun lebih memilih mengantarkan Rara ke rumah sakit. Aku lega masalah Rara sudah selesai, meskipun aku tak tahu dia sudah lebih baik utau tidak yang pasti dia sudah dirawat suster-suster rumah sakit itu. Tapi sepi rasanya sekolah ini tak ada dia, walau terkadang dia memang sangat menyebalkan, tapi dia tetaplah sahabatku kemarin sekarang dan selamanya.

Aku berjalan sendu melintasi ruang guru, tanpa sengaja aku memperhatikan meja Bu Ira dan aku melihat melati itu lagi tapi aku tak berpikir jauh karena Bu Ira tak ada hubungannya denganku meskipun sebenarnya dia adalah guru yang kusukai dan dia pun memperlakukanku seperti anaknya sendiri aku pikir itu hanyalah perasaanku saja. Tanpa terasa aku sampai di depan kelas dan telah tertunduk lesu di kursi depan kelas, tujuh menit selepas itu anak-anak lari kesana-kemari namun aku tak tertarik pada mereka aku masih termenung memikirkan kejadian tadi.”Hei!Kau  tak ingin melihat guru kesayanganmu??”tanya Ciko tiba-tiba, “Hah??”jawabku terbelalak, “Ayo...”ucap Ciko sambil menarikku ikut dalam kerumunan anak-anak lain di depan ruang guru. Dari dalam kerumunan itu aku melihat Bu Ira kejang-kejang dengan mata melotot dan mengatakan sesuatu dengan bahasa yang aneh. Tiba-tiba Bu Ira berdiri, semua anak berlari termasuk Ciko namun aku masih terpaku pada lamunanku dan Bu Ira yang kerasukan itu mencekikku, seketika aku tersadar dari lamunan panjangku ia mengatakan hal yang tak kumengerti dania mencekikku sangat-sangat erat sampai aku hampir tak bisa bernafas hingga para guru dan Ciko membantuku melepaskan tangannya. Saat mereka berhasil melepasnya Bu Ira pingsan tiba-tiba, dan aku terjatuh dengan memegangi leherku yang sakit, dengan cepat Ciko meraihku dan membawaku ke UKS.

Aku merasa lebih baik, jadi aku meminta Ciko menemaniku di kelas saja. Tapi, aku melihat melati itu lagi kini melati itu ada di bangku Ciko, aku bingung, kaget, heran, takut sampai aku tak tahu apa yang kupikirkan, pikiranku terpecah-belah tatkala aku melihat Ciko yang masih tersenyum di sampingku aku tak tahu apa yang akan terjadi aku tak bisa berimajinasi, apalagi ini tentang Ciko. Dia adalah orang terbaik yang kumiliki, bukan sekedar teman atau pun sahabat tapi lebih tepatnya aku tak tahu apa istilahnya yang pasti aku sangat sayang padanya, meski aku tak pernah mengungkapkan rasa ini padanya saat ia menyatakan rasa yang sama. Di salah satu sisi, pikiranku terpaku pada suara pagi tadi, dan tanpa pikir panjang aku berlari ke rumahku menuju taman belakang untuk mencabut semua melati yang ada lalu mengembalikannya ke puncak tapi sesampainya di taman aku terpaku melihat tamanku, “Kenapa Ri???”tanya Ciko dengan tergopoh-gopoh karena mengikutiku, aku tak mngatakan apapun karena aku sendiri masih bingung sebab seluruh taman berisi melati dan aku tak tahu harus mulai mencabutnya darimana, “Ri..., Ribya??”ucap Ciko lagi, bukan menjawabnya justru aku mencabuti melati dengan air mataku yang menganak sungai. Tepat tujuh melati kucabut Ciko jatuh tak sadarkan diri, aku bingung tujuh keliling. Lalu dengan tenaga seadanya aku membawanya ke rumah sakit. Aku kembali ke rumah untuk mencabut habis semua melati yang ada, tapi aku kembali terpaku tatkala melihat tak ada satu pun melati di tamanku, saat aku akan kembali ke rumah sakit aku melihat sepucuk kertas di atas mawar kesayanganku.

Aku bingung apa maksudnya, memilih untuk apa. Waktu terus berlalu tak peduli padaku yang diam terpaku, lama sangat aku berpikir tanpa sadar aku berkata, “Aku....”dengan sangat-sangat pelan dan hampir tak bersuara. Dalam sekejap mata semua berubah hitam, hitam nan pekat. Aku merasa di dunia yang berbeda, berbeda dengan dunia tubuhku, aku bisa melihat tubuhku yang terbaring lemah di rumah sakit ditemani orang-orang yang kusayangi. Aku menghitung detik demi detik, jam demi jam dan hari demi hari, tepat hari ketujuh aku di dunia berbeda itu aku merasa terdorong angin yang sangat kuat hingga aku kembali ke tubuhku. Samua orang memandangku dengan penuh harap saat mataku mulai terbangun dari lamanya terlelap dalam gelap, aku sangat ingin mengungkapkan semua yang telah terjadi namun aku takut mereka menertawakanku dan menganggapku gila. Jadi kupikir biarlah semua tentang melati itu tetap menjadi misteri, misteri dalam hatiku tanpa siapapun tahu.....
0 Comments



Leave a Reply.

    Author

    Provide the best information for you is a honor for us. Make sure that the most accurate information at
    www.istajarul.weebly.com

    Picture

    Categories

    All
    Acara
    Astronomi
    Cerpen
    Fakta
    Geografi
    Greeners
    Info
    Makhluk Hidup
    Olahraga
    Original Istajarul Site
    Pendidikan
    Sejarah
    Teknologi

    Archives

    June 2017
    July 2016
    May 2016
    January 2016
    October 2013
    July 2013
    May 2013
    April 2013
    February 2013
    January 2013
    December 2012
    November 2012
    September 2012
    August 2012
    July 2012
    June 2012
    May 2012

    Thanks To

    Google Search
    Greeners Magazine
    National Geographic Indonesia
    Sudah Tahukah Kamu
    Kafe Astronomi

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.